Momentum Dandangan tahun ini akan sangat berarti jika mampu menghasilkan penelusuran sejarah dan nilai budaya peninggalan Kanjeng Sunan Kudus yang belum tergali.
Bukan hanya pelurusan sejarah berdirinya Kudus, namun juga nilai-nilai mulia, seperti bagaimana merefleksikan gaung tipologi wong Kudus yang masyhur dengan Gus Jigang (Bagus Pekerti, tekun mengaji, dan ulet berdagang ), serta mempublikasikan kekayaan warisan budaya Kudus, misalnya mengeksplorasi artefak di sekitar Menara yang belum semuanya terbaca beserta maknanya.
Alangkah bermaknanya dandangan jika dapat demikian, soal bagaimana visualisasinya,
tentu banyak seniman Kudus yang mahir mengolahnya.
Tradisi Dandangan tahun ini diharapkan dapat lebih diisi dengan
kegiatan-kegiatan yang mengedepankan sisi budaya dan edukasi, selain kirab.
Satu hal yang perlu menjadi penekanan, yakni memberikan pemahaman sederhana kepada masyarakat tentang metodologi penentuan awal ramadhan secara singkat, mengingat selama ini Kudus dikenal memiliki banyak ahli di bidang ini.
Satu hal yang perlu menjadi penekanan, yakni memberikan pemahaman sederhana kepada masyarakat tentang metodologi penentuan awal ramadhan secara singkat, mengingat selama ini Kudus dikenal memiliki banyak ahli di bidang ini.
Mengulas sejarah dan peran Sunan
Kudus sebagai qadli kerajaan Demak juga sangat menarik menjadi materi tradisi
Dandangan, atau membagikan jadwal imsakiyah selama Ramadan.
Bila melihat ke belakang, setiap
menyambut menyambut 1 Ramadhan, di Kudus selalu digelar Dandangan, sebuah
tradisi yang berasal dari masa Kangjeng Sunan Kudus. Sejatinya, dandangan
adalah peristiwa pengumuman tentang awal bulan Ramadlan oleh Sunan Kudus yang
ditandai dengan pemukulan bedhug yang berbunyi “dhang…dhang…dhang”.
Masyarakat dari berbagai daerah menunggu pengumuman awal Ramadhan dari Kanjeng Sunan Kudus, dikarenakan beliau adalah salah seorang wali sanga yang pernah menjabat sebagai imam kelima (terakhir) masjid Demak pada akhir masa pemerintahan Sultan Trenggana dan pada awal masa Sunan Prawata.
Masyarakat dari berbagai daerah menunggu pengumuman awal Ramadhan dari Kanjeng Sunan Kudus, dikarenakan beliau adalah salah seorang wali sanga yang pernah menjabat sebagai imam kelima (terakhir) masjid Demak pada akhir masa pemerintahan Sultan Trenggana dan pada awal masa Sunan Prawata.
Dalam kedudukannya sebagai imam
masjid, tentu saja Sunan Kudus dikenal sangat alim dalam ilmu agama, terutama
fiqih dan falak.Lebih dari itu, untuk memperkaya kegiatan agar lebih dari
sekedar kirab, perlu juga dipikirkan kedalaman substansinya. Di antaranya
betapa pentingnya momentum 1 Ramadan bagi Kudus. Untuk menyegarkan ingatan,
bahwa penentuan hari jadi Kudus adalah menggunakan patokan peristiwa 1 Ramadan,
di mana di dalamnya terdapat tradisi Dandangan,” paparnya.
Terlebih dari itu mari kita menyikapi
ini budaya religi ini berdasarkan historis tanpa harus ada merugikan beberapa
aspek dan kenyamanan warga sekitar lokasi untuk beraktifitas. Semoga tradisi
Dandangan lebih menitikberatkan pada religi ketimbang niaga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar