Selasa, 28 April 2015

media belajar anak


















                        Pembelajaran di kelas merupakan hal yang penuh dengan cerita. terkadang pembelajaran di kelas begitu menyenangkan apabila suasana belajar kondusif dan menarik. namun ada kalanya juga pembelajaran di kelas menjadi kurang menyenangkan disaat suasana kurang kondusif dan menarik. untuk itu pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan akan menjadi sebuah kebutuhan bagi setiap anak didik yang sedang mengikuti proses pembelajaran. berikut akan saya sertakan contoh foto-foto media pembelajaran yang barang kali akan membantu bagi setiap guru dalam menambah wawasan akan perkembangan Informatika sebagai penunjang media pembelajaran. semoga dapat bermanfaat bagi pendidikan di Indonesia....




https://djarumbeasiswaplus.org/berita/content/536/Peningkatan-Kualitas-Pendidikan-di-Kabupaten-Kudus-Melalui-Pembelajaran-Aktif,-Kreatif,-Efektif-dan-Menyenangkan-(PAKEM)/

KORUPSI MEMALUKAN HINGGA ANAK CUCU

CONTOH NASKAH PIDATO
KORUPSI MEMALUKAN HINGGA ANAK CUCU


Assalamu’alaikum Wr. Wb

Salam sejahtera untuk kita semua.
Yang terhormat.. Bapak Ibu dewan juri, yang saya sayangi teman – temanku dan hadirin semua yang berbahagia.
Marilah kita selalu bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan tidak pilih kasih yang telah melimpahkan Rahmat dan Taufiqnya kepada kita semua, sehingga kita dapat dipertemukan di tempat yang indah ini dalam keadaan sehat walafiat, segar bugar dan cerah ceria.
Pada kesempatan yang berbahagia ini. Perkenankan saya berdiri di sini untuk menyampaikan hal yang sangat penting yaitu “ Korupsi Memalukan Hingga anak Cucu “.
Hadirin yang berbahagia ….
Tahukah apa yang dimaksud korupsi  ?
Teman…temanku siapa yang tahu ?????...................... ( penjahat )
Betul …………..! korupsi adalah penjahat . yaitu mengambil sesuatu yang bukan haknya ……!!, sesuatu itu dapat berupa uang, barang atau yang lain !
Sedangkan orang yang mengambil itu namanya koruptor .
Saudara ….saudara  dan hadirin semuanya ………
Tahukah apa akibat dari korupsi ??????  sungguh sangat memilukan dan memalukan. Bahkan mengerikan.
Mari kita tengok saudara saudara kita yang hidup dalam kemiskinan, mereka bertempat tinggal di kolong jembatan, tidur, makan, mandi di tempat yang tidak layak dan membahayakan. Coba kita bayangkan !!!
Bagaimana andaikan tiba-tiba di tengah malam dating banjir mereka pasti kalang kabut untuk menyelamatkan diri. Terlambat sedikit, dia bisa celaka … maut akan merenggut.
Coba andaikan uang Negara tidak dirampok oleh koruptor bisa untuk mengentaskan saudara-saudara kita yang hidup di garis kemiskinan, yang tidak bisa sekolah, karena tidak punya biaya, bisa untuk membiayaisaudara-saudara kita yang miskin dan menderita sakit.
Pernahkan hadirin semua dan teman-temanku melihat tayangan TV, tentang korupsi dan akibatnya ?? tentunya kita semua geram !!.  sungguh sangat memalukan hingga anak cucu.
Inginkah Negara Indonesia menjadi Negara yang kaya raya subur makmur ??
Tentunya hadirin semua menginginkan . oleh karena itu kita harus berani memberantas korupsi. Dan kita harus melatih diri kita sendiri supaya tidak menjadi pribadi yang korup dengan cara  :
1.      Tidak menyontek
2.      Disiplin dalam segala hal
3.      Jujur ( tidak suka berbohong ) dalam hati, dalam perkataan, dan perbuatan
Bila hal ini kita lakukan niscaya Negara yang kita cintai ini akan terwujud kehidupan yang  :
-          Gemah ripah loh jinawi
-          Tata tentrem kerta raharja
-          Subur makmur
Serba berkecukupan…
Mohon para penegak hokum dapat memberi hukuman yang setimpal kepada para koruptor dengan cara memiskinkan koruptor.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga bermanfaat, teriring do’a semoga para koruptor insyaf dan sadar.
Niscaya Negara Indonesia akan bebas dari koruptor amin….


Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Kamis, 23 April 2015

Contoh pidato cerita rakyat dari Kudus - Jateng

PIDATO TENTANG
CERITA RAKYAT “BULUS SUMBER”
Dari kota Kudus-Jawa Tengah


Assalamualaikum Wr.Wb.
Salam sejahtera bagi kita semua

      Yang terhormat bapak Ibu dewan juri, teman-temanku yang sangat saya sayangi, serta hadirin semua yang berbahagia.
Apa kabar teman-teman...... Perkenankanlah saya berdiri  dihadapan hadirin semua untuk menyampaikan sebuah dongeng dari buku cerita rakyat dari kudus yang dikarang oleh Yudhoyono dan Krismarmiati, yang berjudul “Bulus Sumber “.
Pada suatu hari, sunan Muria akan pergi ke pati untuk menghadiri sebuah pertemuan bersama Wali Songo yang membicarakan syiar agama Islam. Perjalanannya melalui hutan belukar, sawah, sungai, rawa. Perjalanannya berlangsung vsiang dan malam, Tiba-tba ........,ditengah persawahan terdengar suara yang aneh krubyuk-krubyuk.
“Suara apakah itu..??”
Mendengar suara itu, para santri langsung mencari-cari sumber suara itu.
“Kanjeng sunan, sebenarnya suara itu adalah suara dari langkah-langkah orang yang sedang mencabuti padi.”
“Oh...... kukira suara bulus” kata Sunan Muria dengan lembut.
Tak lama kemudian...., orang yang sedang mencabuti bibit padi berubah menjadi bulus.
“ Mengapa kita berubah menjadi bulus....??’
“Mungkin kita berdosa karena bekerja malam,”kata seekor bulus dengan sedih.
“itu mustahil, siapa yang melarang kita bekerja malam-malam??”
‘Mungkin Dewi Sri tak rela padinya dicabuti mala-malam”.
“tak mungkin, kan disaat ita panen Dewi Sri pasti mendapat sesaji”
“Sudahlah, kita berserah diri kepada Sang Pencipta, barangkali ini sudah takdir,”kata bulus yang merasa bertanggung jawab”.
Akhirnya, peristiwa itu menjadi buah bibir warga sekitar, Para warga bingung mencari kesana kemari, ternyata teman-teman ...., peritiwa itu akibat ucapan Sunan Muria. Kabar itu pun terdengar oleh para bulus, sehingga para bulus mencari persembunyian yang aman.

       Para bulus pun berjanji akan memohon ampun kepada Sunan Muria di saat pulang dari Pati.
Disaat Sunan Muria lewat dipersawahan tersebut, para bulus berkata:
“kanjeng Sunan, kami mohon ampun dan  kembalikan kami seperti manuasia layaknya”.
“wahai, sanak kerbatku terimalah dengan sabar dan ikhlas peristiwa ini, dan bertawakalah, ini adalah takdir kamu”.
“Namun, apakah ini takdir kami, lantas bagaimana kehidupan kami....??
“hati nurani Sunan Muria semakin pilu dan iba setelah mendengar permohonan itu”.
Kemudian, Sunan Muria menancapkan tongkatnya ke dalam tanah, dan disaat tongkat dicabut mancurlah air yang jernih.
“Disinilah, tempat tinggal kalian dan kelak tempat ini ramai dengan nama ‘Desa sumber’ , dan tenanglah karena makanan akan datang dengan sendirinya’
Para bulus pun berenang  kegirangan, sehingga tak tau jika Sunan Muria telah
 meninggalkan-Nya dan mereka pun tak sempat mengucapkan terima kasih.

       Demikian dongeng yang dapat saya sampaikan, dalam dongeng ini dapat diambil kesimpulannya,
Pertama: sebaiknya orang bekerja pada lazimnya, sehingga tidak menimbulkan kecurigaan     orang lain.
Kedua : Takdir tuhan tentang kejadian di alam raya serba mungkin. Tak seorang pun dapat mengelaknya.
Ketiga : jangan mudah mengucapkan kata-kata yang kotor misalnya, memaki mencemooh, karena dapat menimbulkan keciurigaan orang lain.
Oleh karena itu, ingat 3 hal:
1.      Milikilah kata yang tidak pernah menyakiti
2.      Milikilah hati yang tidak pernah membenci
3.      Milikilah senyum yang ikhlas dan menyejukkan.
Terima kasih, sampai jumpa di dongeng yang lain. Semoga kita menjadi anak yang berbudi luhur. Amin....

Wassalamualaikum, Wr.Wb.




 







Rabu, 22 April 2015

Pentingnya Pendidikan Berkarakter di Indonesia

Persoalan budaya dan karakter bangsa kini menjadi sorotan tajam masyarakat. Sorotan itu mengenai berbagai aspek kehidupan, tertuang dalam berbagai tulisan di media cetak, wawancara, dialog, dan gelar wicara di media elektronik. Selain di media massa, para pemuka masyarakat, para ahli, dan para pengamat pendidikan, dan pengamat sosial berbicara mengenai persoalan budaya dan karakter bangsa di berbagai forum seminar, baik pada tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di masyarakat seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan, perkelahian massa, kehidupan ekonomi yang konsumtif, kehidupn politik yang tidak produktif, dan sebagainya menjadi topik pembahasan hangat di media massa, seminar, dan di berbagai kesempatan. Berbagai alternatif penyelesaian diajukan seperti peraturan, undang-undang, peningkatan upaya pelaksanaan dan penerapan hukum yang lebih kuat.

Alternatif lain yang banyak dikemukakan untuk mengatasi, paling tidak mengurangi, masalah budaya dan karakter bangsa yang dibicarakan itu adalah pendidikan. Pendidikan dianggap sebagai alternatif yang bersifat preventif  karena pendidikan membangun generasi baru bangsa yang lebih baik. Sebagai alternatif yang bersifat preventif, pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah budaya dan karakter bangsa. Memang diakui bahwa hasil dari pendidikan akan terlihat dampaknya dalam waktu yang tidak segera, tetapi memiliki daya tahan dan dampak yang kuat di masyarakat.
Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan adalah juga suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan. Keberlangsungan itu ditandai oleh pewarisan budaya dan karakter yang telah dimiliki masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan adalah proses pewarisan budaya dan karakter bangsa bagi generasi muda dan juga proses pengembangan budaya dan karakter bangsa untuk peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa di masa mendatang. Dalam proses pendidikan budaya dan karakter bangsa, secara aktif peserta didik mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses internalisasi, dan penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat.

Atas dasar pemikiran itu, pengembangan pendidikan budaya dan karakter sangat strategis bagi keberlangsungan dan keunggulan bangsa di masa mendatang. Pengembangan itu harus dilakukan melalui perencanaan yang baik, pendekatan yang sesuai, dan metode belajar serta pembelajaran yang efektif. Sesuai dengan sifat suatu nilai, pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah usaha bersama sekolah; oleh karenanya harus dilakukan secara bersama oleh semua guru dan pemimpin sekolah, melalui semua mata pelajaran, dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari budaya sekolah.
Pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai atau kebajikan yang menjadi nilai dasar budaya dan karakter bangsa. Kebajikan yang menjadi atribut suatu karakter pada dasarnya adalah nilai. Oleh karena itu pendidikan budaya dan karakter bangsa pada dasarnya adalah pengembangan nilai-nilai yang berasal dari pandangan hidup atau ideologi bangsa Indonesia, agama, budaya, dan nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional.  

A.      Fungsi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
       Fungsi pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah:
1.    pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi berperilaku baik; ini bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa;
2.    perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat; dan
3.    penyaring: untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.

B.     Tujuan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Tujuan pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah:
1.      mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa;
2.      mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius;
3.      menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa;
4.      mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; dan
5.      mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).

C.    Nilai-nilai dalam Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa diidentifikasi dari sumber-sumber  berikut ini.
1.      Agama: masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu, kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya. Secara politis, kehidupan kenegaraan pun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar pertimbangan itu, maka nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama.
2.      Pancasila: negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni. Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai warga negara.
3.      Budaya: sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antaranggota masyarakat itu. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa.
4.      Tujuan Pendidikan Nasional: sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki setiap warga negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional adalah sumber yang paling operasional dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa. 

Berdasarkan keempat sumber nilai itu, teridentifikasi sejumlah nilai untuk pendidikan budaya dan karakter bangsa sebagai berikut ini.
 Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
NILAI
DESKRIPSI
1. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama  yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi
Sikap dan  tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari  sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama  hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air
Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan  yang tinggi terhadap bahasa,  lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12. Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/
       Komuniktif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14. Cinta Damai
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15.  Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung-jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.


Tradisi Budaya Dandangan yang ada di kota Kudus-Jateng


Pekan Dandangan yang digelar di sekitar kawasan Menara jelang bulan puasa diharapkan dapat menjadi momentum bagi semua pihak khususnya pemerhati sejarah dan kebudayaan Kota Keretek, untuk merefleksi sisi kultural dan religi peninggalan Sunan Kudus. Salah satunya, yakni merekonstruksi sejarah berdirinya Kabupaten Kudus.
Momentum Dandangan tahun ini akan sangat berarti jika mampu menghasilkan penelusuran sejarah dan nilai budaya peninggalan Kanjeng Sunan Kudus yang belum tergali.
Bukan hanya pelurusan sejarah berdirinya Kudus, namun juga nilai-nilai mulia, seperti bagaimana merefleksikan gaung tipologi wong Kudus yang masyhur dengan Gus Jigang (Bagus Pekerti, tekun mengaji, dan  ulet berdagang ), serta mempublikasikan kekayaan warisan budaya Kudus, misalnya mengeksplorasi artefak di sekitar Menara yang belum semuanya terbaca beserta maknanya.

Alangkah bermaknanya dandangan  jika dapat demikian, soal bagaimana visualisasinya, tentu banyak seniman Kudus yang mahir mengolahnya.
Tradisi Dandangan  tahun ini diharapkan dapat lebih diisi dengan kegiatan-kegiatan yang mengedepankan sisi budaya dan edukasi, selain kirab.
Satu hal yang perlu menjadi penekanan, yakni memberikan pemahaman sederhana kepada masyarakat tentang metodologi penentuan awal ramadhan secara singkat, mengingat selama ini Kudus dikenal memiliki banyak ahli di bidang ini.
Mengulas sejarah dan peran Sunan Kudus sebagai qadli kerajaan Demak juga sangat menarik menjadi materi tradisi Dandangan, atau membagikan jadwal imsakiyah selama Ramadan.
Bila melihat ke belakang, setiap menyambut menyambut 1 Ramadhan, di Kudus selalu digelar Dandangan, sebuah tradisi yang berasal dari masa Kangjeng Sunan Kudus. Sejatinya, dandangan adalah peristiwa pengumuman tentang awal bulan Ramadlan oleh Sunan Kudus yang ditandai dengan pemukulan bedhug yang berbunyi “dhang…dhang…dhang”.
Masyarakat dari berbagai daerah menunggu pengumuman awal Ramadhan dari Kanjeng Sunan Kudus, dikarenakan beliau adalah salah seorang wali sanga yang pernah menjabat sebagai imam kelima (terakhir) masjid Demak pada akhir masa pemerintahan Sultan Trenggana dan pada awal masa Sunan Prawata.
Dalam kedudukannya sebagai imam masjid, tentu saja Sunan Kudus dikenal sangat alim dalam ilmu agama, terutama fiqih dan falak.Lebih dari itu, untuk memperkaya kegiatan agar lebih dari sekedar kirab, perlu juga dipikirkan kedalaman substansinya. Di antaranya betapa pentingnya momentum 1 Ramadan bagi Kudus. Untuk menyegarkan ingatan, bahwa penentuan hari jadi Kudus adalah menggunakan patokan peristiwa 1 Ramadan, di mana di dalamnya terdapat tradisi Dandangan,” paparnya.

Terlebih dari itu mari kita menyikapi ini budaya religi ini berdasarkan historis tanpa harus ada merugikan beberapa aspek dan kenyamanan warga sekitar lokasi untuk beraktifitas. Semoga tradisi Dandangan lebih menitikberatkan pada religi ketimbang niaga.