Kamis, 23 April 2015

Contoh pidato cerita rakyat dari Kudus - Jateng

PIDATO TENTANG
CERITA RAKYAT “BULUS SUMBER”
Dari kota Kudus-Jawa Tengah


Assalamualaikum Wr.Wb.
Salam sejahtera bagi kita semua

      Yang terhormat bapak Ibu dewan juri, teman-temanku yang sangat saya sayangi, serta hadirin semua yang berbahagia.
Apa kabar teman-teman...... Perkenankanlah saya berdiri  dihadapan hadirin semua untuk menyampaikan sebuah dongeng dari buku cerita rakyat dari kudus yang dikarang oleh Yudhoyono dan Krismarmiati, yang berjudul “Bulus Sumber “.
Pada suatu hari, sunan Muria akan pergi ke pati untuk menghadiri sebuah pertemuan bersama Wali Songo yang membicarakan syiar agama Islam. Perjalanannya melalui hutan belukar, sawah, sungai, rawa. Perjalanannya berlangsung vsiang dan malam, Tiba-tba ........,ditengah persawahan terdengar suara yang aneh krubyuk-krubyuk.
“Suara apakah itu..??”
Mendengar suara itu, para santri langsung mencari-cari sumber suara itu.
“Kanjeng sunan, sebenarnya suara itu adalah suara dari langkah-langkah orang yang sedang mencabuti padi.”
“Oh...... kukira suara bulus” kata Sunan Muria dengan lembut.
Tak lama kemudian...., orang yang sedang mencabuti bibit padi berubah menjadi bulus.
“ Mengapa kita berubah menjadi bulus....??’
“Mungkin kita berdosa karena bekerja malam,”kata seekor bulus dengan sedih.
“itu mustahil, siapa yang melarang kita bekerja malam-malam??”
‘Mungkin Dewi Sri tak rela padinya dicabuti mala-malam”.
“tak mungkin, kan disaat ita panen Dewi Sri pasti mendapat sesaji”
“Sudahlah, kita berserah diri kepada Sang Pencipta, barangkali ini sudah takdir,”kata bulus yang merasa bertanggung jawab”.
Akhirnya, peristiwa itu menjadi buah bibir warga sekitar, Para warga bingung mencari kesana kemari, ternyata teman-teman ...., peritiwa itu akibat ucapan Sunan Muria. Kabar itu pun terdengar oleh para bulus, sehingga para bulus mencari persembunyian yang aman.

       Para bulus pun berjanji akan memohon ampun kepada Sunan Muria di saat pulang dari Pati.
Disaat Sunan Muria lewat dipersawahan tersebut, para bulus berkata:
“kanjeng Sunan, kami mohon ampun dan  kembalikan kami seperti manuasia layaknya”.
“wahai, sanak kerbatku terimalah dengan sabar dan ikhlas peristiwa ini, dan bertawakalah, ini adalah takdir kamu”.
“Namun, apakah ini takdir kami, lantas bagaimana kehidupan kami....??
“hati nurani Sunan Muria semakin pilu dan iba setelah mendengar permohonan itu”.
Kemudian, Sunan Muria menancapkan tongkatnya ke dalam tanah, dan disaat tongkat dicabut mancurlah air yang jernih.
“Disinilah, tempat tinggal kalian dan kelak tempat ini ramai dengan nama ‘Desa sumber’ , dan tenanglah karena makanan akan datang dengan sendirinya’
Para bulus pun berenang  kegirangan, sehingga tak tau jika Sunan Muria telah
 meninggalkan-Nya dan mereka pun tak sempat mengucapkan terima kasih.

       Demikian dongeng yang dapat saya sampaikan, dalam dongeng ini dapat diambil kesimpulannya,
Pertama: sebaiknya orang bekerja pada lazimnya, sehingga tidak menimbulkan kecurigaan     orang lain.
Kedua : Takdir tuhan tentang kejadian di alam raya serba mungkin. Tak seorang pun dapat mengelaknya.
Ketiga : jangan mudah mengucapkan kata-kata yang kotor misalnya, memaki mencemooh, karena dapat menimbulkan keciurigaan orang lain.
Oleh karena itu, ingat 3 hal:
1.      Milikilah kata yang tidak pernah menyakiti
2.      Milikilah hati yang tidak pernah membenci
3.      Milikilah senyum yang ikhlas dan menyejukkan.
Terima kasih, sampai jumpa di dongeng yang lain. Semoga kita menjadi anak yang berbudi luhur. Amin....

Wassalamualaikum, Wr.Wb.




 







Tidak ada komentar:

Posting Komentar